Selamat Pagi sahabat blogger sekalian! (ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧
Alhamdulillah hari ini aku masih diberikan kesempatan waktu dan umur oleh Allah untuk menulis artikel di blog ini untuk tugas IBD ke dua ku. Ga perlu basa basi lagi,aku hari ini mau menceritakan cerpen atau cerita pendek tentang "Cinta Kepada Orang Tua",Yuk langsung aja dibaca!(≧ω≦).
Ditengah kehidupan hidup semrawut ibu kota yang setiap hari nya hanya berpaku pada satu poros pemerintahan yang terlalu banyak konflik disitulah hidup satu keluarga dari kalangan yang berada yang hidup dengan enak nya berlindung di atap rumah mereka yang bisa terbilang cukup besar. Tumbuh besar dari kalangan berada membuat Fiona, anak tunggal dari Tito dan Rina dibesarkan dengan cara yang dimanja oleh kedua orang tua nya. Fiona selalu merengek meminta apa yang dia ingin kan pasti selalu harus dikabuli permintaan nya itu oleh kedua orang tua nya tanpa melihat situasi dan kondisi dari kedua orang tua nya. Padahal Rina, Ibu Fiona selalu mengatakan ke anak nya jangan selalu bersikap seperti itu karena pada dasar nya apa yang kedua orang tua nya dapatkan adalah hasil jerih payah nya.
Selasa pagi, matahari pagi menyapa keluarga ini dengan
hangat walau begitu angin yang bertiup cukup kencang. Berkumpul di meja makan
untuk sarapan pagi juga berbincang - bincang kecil bersama.
"Fifi, dengarkan mama. Fifi
harus jadi orang yang berguna, fifi belajar yang benar sampai nanti fifi sukses
juga nanti mama dan papa yang senang. Tidak selamanya fifi akan bergantung pada
papa dan mama, fifi juga pasti akan
punya kehidupan sendiri yang harus fifi jalani," ujar Rina seraya menatap
Fiona dengan sendu
Fiona diam sebentar lalu menatap
mata mama nya. "Tapi, Ma... Fifi
masih SMA. Gimana cara nya supaya Fifi bisa dapat penghasilan seperti apa yang
mama dan papa lakukan?"
Ibu nya tersenyum tipis mengingat
sebenarnya ia telah salah mendidik anak semata wayang nya dengan cara dimanja
seperti ini, tapi ini pun sudah terjadi
hanya saja tinggal diluruskan sedikit supaya anak nya bisa tumbuh dewasa dengan
mandiri dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh kedua orang tua nya.
"Tidak sekarang, Sayang. Sebentar lagi kamu akan tumbuh dewasa,
berpenghasilan sendiri, juga pesan mama
nanti jika kamu sudah sukses jangan lupakan mama dan papa, ya,"
Selama di meja makan biasanya Tito
lebih memilih diam seraya menyimak percakapan antara sang Ibu dan sang Anak
yang setiap hari berisi nasihat yang diberikan oleh Istri nya Rina.
Fiona melihat jam dinding seraya
membulatkan mata nya, kemudian Fiona menarik baju Tito mengajak nya segera
beranjak dari tempat duduk untuk segera mengantarkan nya ke sekolah karena
kalau Fiona telat pasti gerbang sekolah akan ditutup dan tidak boleh ada satu
pun siswa yang boleh masuk. Tito dan Fiona pamit kepada Rina untuk berangkat
kerja sambil mengantarkan Fiona terlebih dahulu.
Fiona meminta untuk diturunkan di
dekat halte bus sekolah karena Teressa meminta Fiona untuk menunggui nya, ia
pun pamit kepada Ayah nya seraya mencium tangan juga keluar dan menutup pintu
mobil. Fiona duduk di bangku halte sambil menunggu Teressa yang tak kunjung
datang walaupun sudah dihubungi beberapa kali tetap saja dia bilang suruh
menunggu di halte bus sampai Teressa datang.
Seorang anak yang umur nya tidak
jauh menghampiri Fiona untuk menawari Tissue. Fiona mendongak, mengeluarkan
dompet dari tas nya dan membeli tissue dari anak itu.
Anak itu duduk di sebelah Fiona.
"Kakak enak ya, bisa sekolah. Kakak tau gak, bahkan aku mau sekolah pun susah harus
berjualan tissue dulu baru bisa dapat uang karena ibu sakit jadi aku harus
melanjuti dagangan ibu biar bisa dapat uang,"
Deg. Fiona seakan teringat dengan
perkataan yang Ibu nya selalu bilang kalau hidup nya itu bisa dibilang
sangatlah enak. Fiona melihat anak itu seakan-akan dirinya telah bersalah
kepada kedua orang tua nya, ia enak hanya
tinggal duduk meminta uang kepada kedua orang tua nya. Sedangkan, anak yang
disebelehnya harus berusaha dulu mencari uang untuk bisa sekolah juga Ibu nya
sakit anak itu membantu menjajakan apa yang dijual oleh Ibu nya. Fiona jadi
membayangkan tapi jangan sampai terjadi kepada kedua orang tua nya kalau
seandainya kedua orang tua nya jatuh sakit pasti dia tidak bisa mengerjakan
semua pekerjaan yang Mama dan Papa nya lakukan.
Fiona merasa tersentuh dengan apa
yang dikatakan oleh anak itu, tadinya ia ingin berterimakasih kepada anak itu
tapi tiba-tiba anak itu menghilang. Sepertinya ia sedang menawarkan apa yang
dia jual kepada orang lain, dan Fiona
berdoa semoga kedua orang tua serta ibu dari anak itu disembuhkan juga semoga
dilapangkan rezeki nya. Sekarang Fiona merasa dibohongi oleh Teressa karena
batang hidung nya tidak terlihat sama sekali, sepertinya nanti Fiona akan
memaki pada Teressa dan akhirnya Fiona memutuskan untuk pergi sendirian tanpa
Teressa.
Setelah menjalani keseharian nya
sebagai pelajar Fiona merasa sangat lelah dan pulang kerumah. Ia memberi salam
kepada Ibu nya yang sudah sampai terlebih dahulu ke rumah lalu langsung memeluk
Ibu nya dengan hangat. Ibu nya terheran dengan apa yang dilakukan oleh anak
semata wayang nya ini. Fiona langsung menjelaskan bahwa ia akan menjadi pribadi
yang lebih baik dari ini, ia akan bekerja keras untuk menjadi orang sukses, ia akan mendengarkan apa yang diminta oleh
kedua orangtua nya, ia tidak akan pernah menolak jika harus melakukan sesuatu
yang disuruh oleh kedua orangtua nya, dan ia akan mengabuli apapun yang
dikatakan oleh kedua orang tua nya.
"Mulai sekarang sampai seterusnya,
apapun yang Mama dan Papa perintahkan untuk Fifi, Fifi gak akan nolak perintah
itu. Maafin Fifi kalau selama ini Fifi berlaku gak baik sama Mama dan Papa. Fifi sekarang tahu kalau Mama dan Papa banting
tulang buat sekolah Fifi yang mahal, dan
Fifi sangat sangat berterimakasih sama Mama dan Papa karena telah membesarkan
Fifi dengan sangat baik. Maafin Fifi, Ma karena kemarin dan yang dulu Fifi
dibutakan sama semuanya yang membuat Fifi jadi anak yang manja. Fifi sayang
Mama sama Papa, tetap sehat ya jangan pernah sakit. Nanti kalau Papa udah
pulang aku peluk juga kaya gini hehe," kata Fiona seraya memeluk hangat
dan tersenyum kepada Ibu nya.
Rina tersenyum lega dengan apa yang
dikatakan oleh anak semata wayang nya,
ternyata ia tidak salah mendidik anak nya. Ini semua tentang waktu
bagaimana anak itu mau berubah dan apa yang dilakukan orangtua tidak akan
pernah salah selagi itu baik, berguna, dan bermanfaat untuk anak nya. Orangtua hanya
sebagai penuntun untuk kepribadian sang anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang
baik, juga untuk tumbuh kembang sang anak
di masa depan. Sejatinya kehidupan ini hanya sementara, kita menjadi pribadi yang menuntun atau dituntun
itu terserah selagi apa yang dilakukan itu benar dan baik bagi diri kita
ataupun orang lain.
Sekian Cerpen aku hari ini,terimakasih untuk para pembaca yang sudah sempat mampir ke blog ku, dan menyempatkan waktu nya untuk membaca cerpen ini.Maaf bila ada salah kata dalam cerpen ini.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Sinetron kali ah wkwkwk :v
wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh (✿◠‿◠)
Mantep bgt nih, meskipun gua belum baca semuanya wkwk
BalasHapuscoba baca ulng dah,udh gw ganti nih wkwkwk
HapusKeren juga mba nya bikin haha
BalasHapus